Nyicip.id - Jujur, pertama kali saya mencoba sempol itu waktu jalan-jalan ke Malang. Pas itu lagi nyari jajanan sore buat ngemil, dan di salah satu sudut jalan dekat alun-alun, ada abang-abang jual sempol. Awalnya saya pikir ini cuma gorengan biasa, tapi kok rame banget yang beli. Penasaran, saya akhirnya ikut antre dan di situlah semua bermula.
Apa Itu Sempol?
Buat yang belum tahu, sempol itu sebenarnya adonan tepung yang dibentuk menyerupai sate, ditusuk dengan lidi, lalu digoreng setelah dicelupkan ke telur. Biasanya adonannya dibuat dari campuran tepung tapioka, tepung terigu, dan sedikit daging ayam atau ikan. Rasanya? Gurih banget! Apalagi kalau dicocol saus sambal pedas manis.
Yang bikin unik, teksturnya kenyal tapi tetap lembut, kayak perpaduan antara cilok dan otak-otak. Kalau kamu pecinta jajanan kaki lima, sempol ini bakal bikin lidahmu nagih.
Asal Usul Sempol
Sempol ini asalnya dari Desa Sempol di Malang. Makanya namanya sempol, kan? Konon, jajanan ini dulu dibuat sebagai camilan sederhana yang bahannya gampang dicari. Tapi karena rasanya enak dan praktis, sempol cepat populer di berbagai kota. Di Malang sendiri, sempol jadi salah satu ikon jajanan jalanan yang nggak boleh dilewatkan.
Pas saya ngobrol sama pedagang sempol waktu di Malang, dia bilang kalau dulunya sempol cuma dijual di sekitar kampung. Tapi sekarang, saking banyaknya yang suka, sempol udah merambah ke kota-kota lain. Bahkan, ada variasi sempol modern yang pakai keju, mozarella, atau saus spesial.
Kenapa Sempol Bisa Jadi Favorit?
Kalau dipikir-pikir, ada banyak alasan kenapa sempol jadi ngehits. Pertama, harganya murah banget! Dengan uang Rp2.000 sampai Rp5.000 per tusuk, kamu udah bisa nyemil enak. Nggak heran kalau sempol jadi incaran pelajar dan mahasiswa yang pengen ngemil hemat.
Kedua, sempol itu gampang ditemukan. Hampir di setiap sudut jalan di Malang, ada pedagang sempol. Biasanya mereka pakai gerobak kecil dengan wajan besar buat menggoreng. Aroma sempol yang digoreng selalu bikin siapa pun yang lewat jadi pengen berhenti dan beli.
Ketiga, sempol itu fleksibel. Bisa dimakan kapan saja pas sore buat ngemil, pas malam buat camilan tambahan, atau bahkan pas lagi nonton bareng teman. Selain itu, sausnya juga bervariasi. Ada yang pakai saus kacang, ada yang pakai saus pedas manis, bahkan ada yang pakai sambal bawang.
Cara Membuat Sempol
Waktu pulang dari Malang, saya sempat penasaran banget pengen coba bikin sendiri di rumah. Ternyata, bahan-bahannya nggak ribet. Resep yang saya coba waktu itu kurang lebih begini:
Bahan-bahan:
- 200 gram daging ayam, haluskan
- 100 gram tepung tapioka
- 50 gram tepung terigu
- 2 siung bawang putih, haluskan
- 1 butir telur
- Garam, merica, dan penyedap rasa secukupnya
- Lidi untuk tusukan
Langkah-langkah:
- Campur daging ayam, tepung tapioka, tepung terigu, dan bawang putih dalam satu wadah. Aduk hingga merata.
- Tambahkan telur, garam, merica, dan penyedap rasa. Uleni sampai adonan bisa dibentuk.
- Ambil sedikit adonan, lalu lilitkan pada lidi hingga berbentuk lonjong.
- Rebus adonan yang sudah ditusuk dalam air mendidih sampai mengapung. Angkat dan tiriskan.
- Celupkan sempol ke kocokan telur, lalu goreng hingga keemasan.
Rasanya mirip banget sama yang dijual di Malang! Meski agak ribet di awal, tapi bikin sempol sendiri itu menyenangkan.
Variasi Sempol yang Mulai Populer
Seiring waktu, sempol nggak cuma berisi adonan tepung dan ayam saja. Banyak pedagang yang mulai berkreasi. Saya pernah coba sempol isi keju mozarella—bayangin, pas kamu gigit, kejunya lumer di mulut. Ada juga sempol crispy, di mana adonannya dilapisi tepung roti sebelum digoreng. Rasanya jadi lebih crunchy!
Ada juga sempol seafood, biasanya pakai udang atau ikan tenggiri. Harganya memang sedikit lebih mahal, tapi rasa gurih seafood-nya benar-benar bikin beda. Belum lagi sausnya yang makin beragam. Beberapa pedagang bahkan menyediakan sempol dengan saus carbonara atau keju pedas.
Momen Frustrasi Makan Sempol
Ngomongin sempol, ada satu momen lucu sekaligus ngeselin yang pernah saya alami. Waktu itu saya beli sempol pas lagi kelaparan banget, tapi si abang pedagangnya rame parah. Nunggu sekitar 15 menit sampai akhirnya sempolnya jadi. Begitu selesai, sempol yang masih panas langsung saya makan. Dan ya, ujung-ujungnya lidah saya kebakar karena terlalu semangat!
Sejak saat itu, saya belajar kalau makan sempol itu harus sabar. Jangan langsung hap! Apalagi kalau baru keluar dari penggorengan. Biarkan agak dingin sedikit, baru deh nikmatin.
Tips Memilih Sempol yang Enak
Karena sempol udah banyak dijual di mana-mana, nggak semua punya rasa dan kualitas yang sama. Ada beberapa tips yang bisa kamu ikuti biar nggak salah pilih:
- Perhatikan warna adonan. Sempol yang enak biasanya punya warna adonan yang cerah, nggak terlalu pucat atau gelap.
- Cek minyak gorengnya. Kalau minyaknya sudah terlalu hitam atau pekat, bisa jadi sempolnya kurang sehat.
- Cium aromanya. Sempol yang digoreng dengan bahan berkualitas punya aroma harum yang menggoda.
Satu hal lagi, jangan ragu buat tanya sausnya dibuat sendiri atau pakai saus kemasan. Kadang saus buatan sendiri justru lebih enak dan terasa segar.
Sensasi Berburu Sempol di Malang
Kalau kamu berkesempatan ke Malang, sempol itu wajib banget masuk daftar jajanan yang harus dicoba. Salah satu spot favorit saya buat beli sempol ada di dekat Kampung Warna-Warni Jodipan. Selain sempolnya enak, suasananya juga seru karena ramai turis dan warga lokal.
Kadang, sensasi berburu sempol ini yang bikin pengalaman makan jadi lebih spesial. Kamu nggak cuma makan, tapi juga merasakan atmosfer khas Malang yang santai dan ramah.
Kenapa Sempol Layak Dicoba?
Sempol bukan sekadar jajanan biasa. Ini adalah bagian dari budaya kuliner jalanan yang memperkaya pengalaman wisata kita. Rasanya yang sederhana tapi menggugah, harganya yang ramah kantong, dan fleksibilitasnya yang cocok di berbagai suasana bikin sempol jadi favorit siapa saja.
Jadi, kalau kamu lagi di Malang atau melihat pedagang sempol di kotamu, jangan ragu buat mencobanya. Siapa tahu, sempol jajanan ngehits khas Malang ini bakal jadi camilan favorit barumu juga.
0 Komentar