Nyicip.id - Ketika pertama kali saya mencicipi peuyeum Bandung, jujur saja, saya tidak langsung jatuh cinta. Rasanya unik manis, asam, dengan tekstur yang lembut dan agak kenyal. Tapi setelah gigitan kedua, ketiga, dan seterusnya, saya mulai mengerti mengapa banyak orang menganggap makanan ini sebagai ikon kuliner Jawa Barat. Bukan hanya tentang rasanya, tetapi juga kisah di baliknya yang membuat peuyeum Bandung begitu istimewa.
Apa Itu Peuyeum Bandung?
Buat kamu yang belum familiar, peuyeum Bandung adalah tape singkong khas Sunda. Berbeda dengan tape di daerah lain, peuyeum lebih kering sehingga lebih tahan lama. Proses pembuatannya pun menarik. Singkong yang sudah dikupas direbus, kemudian difermentasi dengan ragi. Proses ini membuat singkong yang tadinya hambar berubah menjadi manis alami.
Salah satu momen tak terlupakan bagi saya adalah ketika saya berkunjung ke pasar tradisional di Bandung dan melihat deretan peuyeum digantung rapi. Penjualnya bercerita bagaimana keluarganya sudah tiga generasi membuat peuyeum. "Ini bukan cuma makanan, ini tradisi," katanya sambil tersenyum bangga.
Mengapa Peuyeum Bandung Begitu Populer?
Pertama, karena rasanya yang autentik dan serbaguna. Selain dimakan langsung, peuyeum Bandung juga sering diolah menjadi berbagai jenis makanan, seperti colenak (dibakar dan disajikan dengan saus gula merah) atau campuran es krim lokal. Saya sendiri pernah mencoba membuat colenak di rumah hasilnya jauh dari sempurna, tapi rasanya tetap nikmat!
Kedua, peuyeum Bandung punya keunggulan budaya. Saya pernah ngobrol dengan seorang teman asli Bandung yang bilang bahwa peuyeum sering dijadikan oleh-oleh wajib saat orang mengunjungi kota ini. Katanya, membawa peuyeum ke kampung halaman adalah cara sederhana untuk berbagi kehangatan budaya Sunda.
Ketiga, ada sisi praktisnya juga. Karena proses fermentasi membuat peuyeum lebih tahan lama, makanan ini cocok untuk perjalanan jauh. Ini alasan lain mengapa peuyeum Bandung begitu digemari wisatawan.
Proses Pembuatan yang Sarat Makna
Waktu saya ikut pelatihan membuat peuyeum di salah satu UMKM di Bandung, saya baru sadar bahwa membuat peuyeum itu lebih dari sekadar mencampur ragi dan singkong. Ada seni dan perasaan yang terlibat.
Singkong harus dipilih yang benar-benar segar dan tidak terlalu tua. "Kalau singkongnya jelek, peuyeum-nya juga enggak akan maksimal," kata pengajarnya. Setelah direbus, singkong harus didinginkan sampai suhu ruang sebelum diberi ragi. Proses fermentasi biasanya memakan waktu 2-3 hari, tergantung suhu udara.
Hal yang menarik adalah bagaimana proses ini sangat bergantung pada alam. Kalau cuaca terlalu panas, fermentasi bisa terlalu cepat, dan rasanya tidak akan seimbang. Kalau terlalu dingin, ya siap-siap saja menunggu lebih lama. Saya pernah mencoba membuat sendiri di rumah, dan hasilnya... ya, katakanlah saya masih lebih suka membeli langsung dari ahlinya.
Peuyeum Bandung dan Filosofi Kehidupan
Bagi saya, peuyeum Bandung lebih dari sekadar camilan. Ada filosofi kehidupan yang bisa kita pelajari dari proses pembuatannya. Bayangkan, singkong yang awalnya sederhana dan biasa saja, dengan sedikit usaha dan waktu, bisa berubah menjadi sesuatu yang istimewa.
Hal ini mengingatkan saya pada perjalanan hidup kita. Kadang kita merasa biasa-biasa saja, tapi dengan usaha, kesabaran, dan "bumbu" yang tepat, kita bisa menjadi versi terbaik diri kita.
Tidak heran, peuyeum Bandung sering dianggap sebagai simbol kesederhanaan yang bertransformasi menjadi sesuatu yang berharga.
Tips Menikmati Peuyeum Bandung
Kalau kamu berencana mencoba peuyeum Bandung, ada beberapa tips dari pengalaman saya:
Cicipi Segar-Segarnya
Beli langsung dari pasar tradisional atau pedagang lokal di Bandung. Rasanya jauh lebih otentik dibanding peuyeum yang sudah terlalu lama disimpan.Eksplorasi Resep
Selain colenak, coba jadikan peuyeum sebagai bahan tambahan untuk pancake, kue bolu, atau bahkan smoothies. Rasanya unik dan memberi sentuhan lokal pada makanan.Bagi dengan Teman
Salah satu hal yang saya suka dari peuyeum Bandung adalah cara makanan ini mengundang obrolan. Buka bungkusnya di tengah-tengah teman atau keluarga, dan kamu akan melihat bagaimana makanan ini membawa senyuman ke wajah mereka.
Keberlanjutan Budaya Lokal
Ada satu kekhawatiran yang muncul saat saya berbicara dengan pembuat peuyeum tradisional: generasi muda tampaknya kurang tertarik untuk melanjutkan usaha ini. Mereka cenderung memilih pekerjaan lain yang dianggap lebih modern.
Padahal, peuyeum Bandung adalah warisan budaya yang seharusnya dilestarikan. Saya rasa, di sinilah kita bisa membantu dengan membeli produk lokal, mengangkat cerita mereka melalui media sosial, atau bahkan belajar membuatnya sendiri.
Akhirnya, setiap gigitan peuyeum Bandung selalu mengingatkan saya bahwa makanan bukan hanya soal rasa. Ini tentang cerita, tradisi, dan bagaimana kita bisa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Jadi, kapan kamu terakhir menikmati peuyeum Bandung? Kalau belum, mungkin ini saatnya untuk mencicipi manisnya fermentasi dan hangatnya budaya lokal ini.
Kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang peuyeum Bandung, jangan lupa cek artikel menarik lainnya di nyicip.id. Website ini adalah tempat yang sempurna untuk menjelajahi berbagai kuliner Indonesia, termasuk cerita menarik di balik makanan tradisional seperti ini.
0 Komentar